Tugas PTIK

Posted by : Wardanakun.blogspot.com Kamis, 28 Agustus 2014

Selamat Tinggal 
Inspired by : @SinkaJ_JKT48 / Sinka Juliani



Setiap hari dia berlatih sangat rajin untuk menjadi yang terbaik meskipun dia sudah mendapatkan semuanya, keluarga yang dihormati, kepintaran, ketampanan, sanjungan.

Secara sembunyi-sembunyi dia diperhatikan oleh seseorang dari balik pohon. Gadis berambut pirang itu wajahnya merona sama seperti warna rambutnya kala pria itu lihai melemparkan kertas tepat pada bulatan merah bidikan yang tertempel di dinding ruang latihan.


"Jangan sembunyi terus disana, keluarlah"


Deg.


Sinka tersentak keberadaannya sudah diketahui oleh Toka. Dia keluar dari tempat persembunyian, menampakkan batang hidungnya yang tak selancip milik Toka dan berkata "Toka belum pulang? Ini sudah sore masih tetap melatih diri"


Tatapan wajah Toka hanya dilihat oleh Sinka sepintas, dia membalikkan wajahnya kembali ke dinding


"Aku tidak menyuruhmu untuk memperhatikanku" Ujar Toka


"Tadi aku hanya mendengar suara dengungan kertas saat di kelas, ternyata itu milik Toka"


"Hn"


"Ayo kita pulang bersama" Ajak Sinka spontan


Otak Toka memutar, wajahnya tetap terlihat tenang "Baiklah"


Mereka berdua berjalan berdampingan menyamakan langkah. Sinka sesekali melirik wajah pria disampingnya yang menatap lurus kedepan dengan alis menaik sebelah.


'Sampai kapan dia akan memandangiku seperti itu, menyebalkan'
 Toka bergumam dalam hati. Kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana putihnya, dia berjalan dengan tempo lebih cepat

"Toka tunggu aku" Sinka tertinggal di belakang, namun rumahnya kini sudah bisa dilihat dari seberang jalan memaksa dia untuk berpisah dengan Toka. "Sampai jumpa besok, ya.." Melambaikan tangan tanpa ada balasan.


Baju biru itu kini semakin menjauh menghilang dalam cahaya matahari sore.


***

Perasaan yang terpendam sudah sangat lama namun belum sempat dia utarakan menjadikan satu cinta itu memiliki deklinasi yang tinggi, dia hanya terpaku pada pria itu. Sulit untuk membohongi perasaan yang tergambar acap kali mata onyxnya menatap, dia ingin mendapatkan balasan.

Kini sudah 7 tahun berlalu, Sinka masih teguh mencintai Toka.


"Sinka, Angga menunggumu diluar katanya mau berangkat sekolah bareng" Panggilan dari dapur terdengar ke ruangan kamar.


"Iya . Ini aku lagi beres-beres buku, bilang aja tungguin 5 menit lagi" Sahut Sinka dengan nada suara tinggi


Shinta Naomi, wanita paruh baya itu menghentikan kegiatan memasaknya sementara waktu untuk menemui Angga yang sedang duduk di teras rumah.


Menepuk bahu, mengangetkan "Nak Angga, anak cewek memang suka dandan lama, tolong maklumi" Bibirnya menaik tersenyum


Angga bangkit dari lantai kayu yang menjadi tempat duduknya tadi "Ngga masalah kok, Tante. Aku yang salah juga karena masih pagi buta datang ke rumah Sinka" Nyengir sambil menggaruk belakang kepalanya


"Nee, tolong jaga Sinka di sekolah. Aku percaya pada nak Angga yang sejak kecil berteman baik dengannya. Apa kalian tidak berpacaran saja, khekhekhe"


Entah ada chaemistry atau angin topan beliung darimana Ibu Sinka berbicara seperti itu secara mendadak. Rambut mereka yang memiliki warna sama terlihat seperti Ibu dan anak kandung padahal Naomi sendiri berambut coklat, tak beda jauh dengan Sinka. Mungkinkah mereka anak yang tertukar? Oh, ini bukan sekuel drama di televisi


"Ano, kalau aku sebenarnya sudah lama su.."


JEDAR


"Angga, aku sudah siap" Sinka muncul dari balik pintu terburu-buru sambil memakai sepatu


Naomi marah karena obrolannya dengan Angga belum selesai sudah terpotong oleh adegan Sinka yang nyelonong begitu saja.


"Kalau sudah waktunya pulang jangan keluyuran kemana-mana, mengerti Sinka?" Mata Ibunya terfokus pada anak satu-satunya dalam keluarga Tsunaomi


Sinka mendengus "Baik, Mah. Aku pergi sekolah dulu, sarapannya aku bungkus ke sekolah. Jaa" Sinka menarik lengan Angga setelah berpamitan pada ibunya


Di kelasnya tak ada pria berambut raven itu lagi. Dulu saat masih menjadi murid akademi Sinka duduk berdampingan dengannya diapit oleh dua pria bersama Angga juga. Tak ada semangat untuk pergi ke sekolah, Sinka menghela nafas dalam-dalam mengingat kembali kejadian 2 tahun yang lalu.


Musim panas di bulan Agustus dinanti-nantikan oleh para murid SMA JKT48 karena pembelajaran sementara diliburkan beberapa hari. Kepala Sekolah, Melody, merencanakan akan mengadakan festival kembang api di desa Sudirman secara besar-besaran. Para murid-muridnya terlihat lesu dan tak bergairah sepanjang tahun hanya mengisi waktu untuk belajar dalam ujian. Memang tingkat SMA mereka akan tambah meningkat namun tidak ada salahnya memberikan kebebasan untuk mengembalikan tenaga mereka.


"Toka, ayo kita bermain di dekat sungai" Sinka mengalihkan pandangannya pada Toka, materi yang diberikan oleh Bu Rona telah berakhir


Perlahan tapi pasti bibir kecilnya terbuka, Sinka gemetaran menunggu jawaban atas ajakannya


"Hn.. Ok"


Hanya jawaban pendek yang diberikan namun Sinka merasa bahagia kepalang tanggung, dia tidak bisa jingkrak-jingkrak mirip Angga bodoh di depan Toka


"Horay.. Malam ini festival sudah dimulai loh. Aku tunggu kedatangannya, Toka" Pikiran Sinka tak berarah setelahnya, kegirangan


Malam yang indah, cuaca dengan angin berhembus halus menerpa tubuh berbalut yukata merah yang dipakai. Sinka berdiri di samping jembatan kayu yang sering dia lewati sepulang sekolah untuk menyebrangi dua jalan berbeda. Rambut poninya diberi satu pasang jepitan membuatnya semakin terlihat manis. Hanya dihadapan Toka seorang dia memunculkan sisi femininnya, Toka adalah orang spesial.


Dari kejauhan sosok pria dengan ciri khas rambut mencuat-cuat keatas berjalan menuju Sinka.


"Tuhan bantu aku untuk mengutarakan padanya" Kedua tangannya menyatu, memohon pada Tuhan semoga malam ini semua persiapan berjalan dengan lancar.


"Sinka, maaf sudah menungguku lama" Ucap Toka. Dia terlihat sangat berwibawa memakai pakaian resmi berwarna biru keunguan


"It's alright." Sinka menepisnya dengan anggukan kecil.


"Angga tidak kamu ajak kemari?" Toka menepuk bahu Sinka pelan


"Ti-tidak. Dia hanya akan menggagalkan rencanaku saja. Eh" Sinka menutup mulutnya refleks


"Rencana apa?"


"Bukan, bukan hal penting kok" Sinka terkekeh palsu


"Oh"


Suara letupan kembang api terdengar.


"Lihat Toka, kembang apinya besar sekali ya" Jari telunjuknya diacungkan ke atas langit


Ketika Toka melihat hamburan fireworks, Sinka diam-diam mencuri wajah seseorang yang memandang . Wajah Toka terlihat sangat manis, dia tersenyum tipis tak seperti hari-hari biasanya di sekolah.

Banyak hal yang sudah Sinka lewati bersama Toka dan cinta terpendamnya. Sedih, senang, kesal karena diacuhkan bahkan sempat beberapa kali tawaran kencan ditolak mentah-mentah oleh si pria tapi itulah yang membuat Sinka tetap diposisinya, mencintai Toka

Sinka tertawa "Ahaha.."


Orang yang berada disampingnya keheranan dengan tingkah laku Sinka


"I love you, Toka" Kakinya berjinjit, dia mencoba meraih wajah tinggi itu dan Sinka memberi satu kecupan singkat padanya


Mata Toka membulat penuh.


'Apa yang kamu lakukan, Sinka!'
 Toka ingin mendorong tubuh wanita itu namun dia tak bisa.

***

'Mungkin akan lebih baik jika aku membencimu namun peristiwa di malam festival itu, aku tidak bisa melupakan ciuman pertamaku'

Sinka melamun, dia tidak sadar bahwa sahabatnya terus menatap dari samping tubuhnya.


"Pasti memikirkan pria itu lagi."


Suara melengking masuk ke dalam telinga Sinka. Tubuhnya berpindah setelah mendengar suara bisikan wanita mengguncang pikiran yang sedang kosong.


"Della kamu mengagetkan saja" Sinka memukul lengannya pelan


"Kamu terlihat stress akhir-akhir ini, ceritakanlah padaku supaya bebanmu lebih terasa ringan"


Della dan Sinka terpisah dari SMP lain, mereka memisahkan diri duduk dibangku taman yang tak berada jauh dari lapangan desa.


Sakura merasa matanya tak bisa menahan air bening untuk tidak keluar di depan Della.'Seandainya saja kamu tidak mengikutiku kemari' Sinka protes dalam hati


Sepasang tangan meraih bahu Sinka, menariknya ke pelukan hangat ditengah dinginnya angin berhembus.


"Kita kan sahabatan, aku bisa mengerti perasaanmu Sin"


Kalimat itu semakin membuat Sinka ingin melepas gundah-gulananya saat itu juga. Sinka menyandarkan kepalanya, berharap diberi waktu sebentar saja karena dia ingin mengomel melampiaskan amarah.


"Toka bodoh, Toka jahat, Toka bajingan"


"Kalau orangnya dengar kamu bisa mendapatkan masalah, Sinka" Rambut warna coklat dielus oleh Della beberapa kali


"Aku tidak bisa bertemu dengannya lagi, aku akan melupakan semua tentang perasaanku padanya mulai dari sekarang" Sinka tidak yakin dia bisa atau tidak menepati janji yang dia ucapkan 'Mengapa kita bertemu jika hanya berakhir dengan perpisahan, Toka'


Sinka sangat mencintainya, dia masih mencari jejak yang mungkin bisa dia dapatkan saat melakukan tugas . Musim panas silih berganti setiap tahun, sebentar lagi musim juga akan berganti. Ini sangat cepat, waktu tak bisa berhenti atau kembali ke masa lalu.


***

'Tak pernah ku mengerti aku segila ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Tak pernah ku sadari aku sebodoh ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu'
Seperti pada lirik lagu Noah, Sinka akhirnya sadar. Menanti tanpa tahu kapan akan datang keajaiban dimana Toka bisa menjadi miliknya dengan utuh, umur bertambah Sinka beranjak dewasa. Dia sudah mulai terbiasa tidak memikirkan satu sosok pangeran di masa lalunya

Sepulang tugas yang dia terima dari Rica, Sinka berkata "Air mata ini menyadarkanku, dia tak pernah menjadi milikku"

Berbicara pada Angga seakrab ini sudah menjadi hal biasa dalam kesehariannya. seiring mereka saling mengenal dan berinteraksi, Sinka merasa dia adalah sosok orang yang hangat dan menyenangkan

"Sinka Juliani ngomongin apa sih?" Begitu lugunya Angga membalas

"Aku tahu bagaimana rasanya sakit mengetahui cinta kita bertepuk sebelah tangan" Sinka duduk dipinggir jalan, memainkan batu-batu kerikil yang tergeletak gratis di aspal

Angga ikut mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah sebelum menuju ke rumah "Kamu aneh deh"

"Saat manusia sedang jatuh cinta dia akan buta, tidak peduli pada apapun kadang sampai memaksakan orang yang menghiraukan perasaan sayang itu untuk menyukai kita. Maaf.." Sinka mengambil lengan Angga. Dia teringat kembali pada malam di bulan Agustus beberapa tahun yang lalu.

'Aku ingin bertemu denganmu, Toka. Sungguh.. Namun aku tidak bisa terpaku pada masa laluku.'

"Sinka, kamu menangis?" Angga mengusap genangan air yang keluar dari mata bulat milik Sinka

"Angga.."

Tidak tahu perasaan ini akan semakin kuat, bagaimanapun Sinka mencoba untuk menatap ke masa depan bersama pria itu

"Maafkan aku karena selalu mengacuhkanmu, Angga"

Inilah akhir saat dimana Sinka telah mencapai pada batasnya..

THE END

[Catatan: Move on Woy, capek deh nungguin orang keras kepala. Aku salah satu yang tidak memujanya. lol]

Ditunggu Kritik dan Sarannya J Thanks for read

By : Admin Natalia INA Fans

{ 2 comments... read them below or Comment }

- Copyright © Wardana Kaneki - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -