Tugas PTIK

Archive for Juli 2014

Fanfiction JKT48 : Hanya Mimpi

Hanya Mimpi
Inspired by @SinkaJ_JKT48 / Sinka Juliani


Waktu itu aku sedang berada di sebuah taman. Menurutku taman adalah tempat paling asik untuk menghilangkan rasa suntuk setelah seharian bekerja.Aku hanya sendirian, tanpa seorang teman di sampingku.  Aku hanya di temani sebuah roti yang aku beli di toko tadi.
Aku melihat sekeliling taman, aku melihat sesosok perempuan yang wajahnya tak asing bagiku, sepertinya aku mengenalnya, dan aku pergi menghampirinya karrena aku penasaran dan dia sedang asik memainkan ponselnya.
Aku menghampirinya dengan penuh rasa ragu “Hey” Kataku. Dia melihatku dengan wajah bingung dan  dilihat dari senyumannya itu . “Iya.” Tak kusangka dia adalah Sinka sesosok wanita yang aku suka pada masa SMP dulu . “Kamu Sinka ya?.” “Iya, Kamu Kudo ya ,yang sering ngasih aku kado tapi tidak pernah boleh di buka?” “Hehe, iya kamu kok masih inget sih ?” Aku senang ternyata Sinka tidak melupakanku. “Iyalah, kado itu masih aku simpan, menunggu saat kamu membolehkanku membukanya” Jawabnya tertawa.
Kami pun bercerita masa masa kita dulu, entah kenapa sampai sekarang aku tidak bisa melupakannya, menurutku dia perempuan yang berbeda dari yang lainnya, Selain sifatnya yang lucu dia juga ramah kepada semua orang. Karena sudah terlalu sore aku pun mengajak sinka untuk pulang.
Aku mengajak Sinka untuk pulang bersama.
“Sin ,kamu pulang naik apa?”
“Naik taxi Do, kenapa?”
“Pulang bareng aku aja ,aku naik motor kok, dan uang kamu di tabung aja hehehe”
“Hehehe, bisa aja kamu, yuk pulang”
Kami pun pergi ke tempat parker, Sinka terus menggandeng tanganku, aku hamper tidak kuat ,hahaha, untung saja tempat parkirnya deket, jadi tidak pingsan karena terlalu lama di gandeng oleh Sinka.
Akhirnya sampai dirumah Sinka, dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku
“Trima kasih ya Ky udah mau nganterin pulang, jadi ngrepotin”
“Gpp ko Sin, apalagi nganterin orang yang aku sayang”
“Ah kamu gombal terus, hehehe, aku masuk dulu ya Rik, udah malem” Lari kecil sambil tersenyum
Akhirnya aku pun pulang ke rumah, hari sudah terlalu malam. Tiba tiba aku mendengar Hp aku berbunyi, Ini nomer siapa, nomer baru, biasanya aku sih cuek, karena aku tidak mengenalnya. Entah kenapa aku ingin sekali  membukanya, pikirku dalam hati.
“Hy Rick, ini kamu ya?.”
“Iya ini siapa?.”
“Aku sinka Rik, hehehe, maaf ya ganggu”
“Eh Sinka, gpp kok , aku malah seneng.” Ucapku senang.
“Loh kok bisa sih.”
“Kan orang yang aku suka tiba tiba menghubungi aku” Ucapku keceplosan
“Ah kamu ini, dari dulu  kerjaanya ngegombal  terus, heheh”
“Sin aku mau ngomong boleh ,tapi jangan marah ya? Sebenarnya aku suka sama kamu”
“Yang bener , kenapa ga bilang dari dulu, aku juga suka sama kamu”
“Dulu malu lah ,jadi kita sama saama suka nih ?” Akupun senang mendengar ketika Sinka juga menyukaiku. Akhirnya kami pun mulai membincangkan sesuatu, dan akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran denganku, betapa senang nya ketika Sinka menjawab ‘IYA’
Kriinggg Kriinggg, alarm pun berbunyi untuk membangunkanku , akupun berucap dalam hati “Oh Tuhan kenapa engkau membangunkanku dalam mimpi indah Mu”


-TAMAT-

Fanfiction JKT48 : Melody Jangan Sedih

Melody Jangan Sedih (Inspired by Melody JKT48)



Pagi sekali aku sudah terkaget-kaget karena di suruh bangun oleh si cantik Melody
“Bangun...Bangun .. kalo gak bangun aku gigit nih !” Teriak Melody sambil tertawa melihat diri ku terkejut akan tingkah nya.
“Apaan sih Mel ? Ngagetin aja ahh” Jawabku sambil mencubit pipi nya dgn gemas.
“Ishh,sakit nih Dhan. Nanti kalo luka kamu mau tanggung jawab ?” Jawab Melody sambil memanyunkan bibir nya.
“Ciiyyee ngambek,yaudah ahh aku mandi dulu kamu tunggu aku di ruang tamu ya” Jawabku seraya mengambil handuk yg tergantung di kamarku.
“Yaudah cepat ya” Jawab Melody sambil meninggalkan kamarku.
Melody Nurramdhani Laksani nama nya. Dia adalah tetangga sekaligus sahabatku sejak kami masih kecil sampai sekarang kami sudah menginjak kelas 3 SMA. Kami pun satu sekolah dan juga satu kelas.
                Pagi itu Melody mendatangi rumah ku,karena kami sudah berencana hari ini untuk pergi ke tempat di mana kami sering menghabiskan waktu Minggu kami bersama-sama,yaitu Danau dekat komplek rumah kami.
Danau ini sangat indah,bagaikan belum terjamah tangan manusia. Udara yg sejuk,pohon” lebat yg menaungi kami dari terik nya cahaya matahari,dan juga air danau yg begitu jernih.
                Selesai mandi aku pun menuju ke ruang tamu untuk menemui  Melody ku.
“Lama amat sih mandi nya,kayak cewek aja” Ucap Melody dgn wajah tak berdosa.
“Enak aja,emang nya cewek doang ya yg harus mandi lama ?” Jawabku sambil melempar dia dgn bantal sofa.
“Yaudah deh ayo kita ke danau,tapi naik sepeda aja ya biar lebih sehat gitu” Jawab Melody bersemangat.
“Yahh kamu sih yg enak,aku yg cape harus bonceng badan kamu yg super berat ini. Tapi apapun kulakukan untuk bidadari ku ini” Jawabku sambil bercanda dgn Melody.
“Yeee,mau gombal tapi ga berhasil nihhh” Jawab Melody sambil mencibir ku.
                Dengan semangat 48, Melody pun bernyanyi  “Aku selalu tertawa Di bagian belakang sepeda,Yang kita naiki berdua Aku diam-diam berbisik”  dgn riang nya,aku pun tersenyum kecil melihat Melody bahagia. Kami  pun sampai juga di danau kesukaan kami. Kami biasa menyebut danau “Meldan” yg arti nya “Melody Dhani” hahaha memang terlalu sederhana yah.
                Aku pun memarkirkan sepedaku di bawah pohon yang cukup rindang sementara Melody sudah berteriak” memanggil nama ku. “Dhani,Dhani coba kamu kesini ! Lucu dehh kupu” nya itu. Ambilin dong”. Suruh Melody kepada ku.
“Kalo aku dapetin kupu” nya kamu seneng ngga ? Kalo kamu ngga seneng aku ga mau ahh” Kata ku sambil mencibir nya.
“Yaiyalah seneng,cepetan ambilin dong nanti keburu dia terbang lagi” Jawab Melody sambil menarik” tanganku.
“Iya..iya ahh sabar dong,cantik” kok gak sabaran sih” Jawabku sambil mencibir nya.
Dengan penuh semangat dan kerja keras,aku pun berusaha utk mendapatkan kupu” itu. Ternyata susah banget kupu” nya terbang terus. Tapi karena Usaha keras itu takkan mengkhianati,akhir nya aku mendapatkan kupu” yg di inginkan pujaan hatiku itu.
“Ihhh bagus banget sihh warna warni gini sayap nya,makasih ya Dhan” Ucap Melody dengan senyum nya yang manis untukku.
“Kamu kalau udah senyum gitu,dunia ku serasa indah Mel. Aku akan selalu berusaha untuk membuat mu tersenyum. Aku janji Mel” Jawabku dengan mantap sambil menatap kupu” yang di pegang Melody.
Melody pun terdiam sejenak. Tiba” dia meneteskan air mata “Dhan,makasih untuk segala nya. Kamu itu adalah hadiah dari Tuhan untuk hidup ku. Dimana kamu yg selalu memperhatikan ku,melindungiku,mengajari ku ke arah kebaikan.Aku ga mau kehilangan kamu Dhan” Jawab Melody sambil memandang ke arahku dgn air mata yg mengalir dgn deras di pipi nya.
“Andai aku sudah tidak di samping mu lagi,tapi ingat lah Mel. Cintaku selalu ada untuk mu,ingatlah semua kenangan yang sudah kita lalui bersama. Satu yg ku pinta,jangan lah kamu sesekali bersedih ketika aku telah tiada. Karena nanti aku tidak tenang di alam sana” Jawabku seraya menghapus air mata di pipi Melody.
“Ihh kamu ngomong nya jangan gitu dong,nanti aku marah nih” Jawab Melody merajuk.
“Hehehe,iya” ngga lagi deh tapi kamu nya senyum dulu dong,jelek tuh kalo nangis gitu” Jawabku sambil mencibirnya.
“Iya deh,nih aku senyum nih. Cantik lagi kaaannn ?” Jawab Melody sambil bercanda
“Iyaa cantik banget,yuk kita makan siang dulu. Perut kamu udah nagih tuh kan ?” Ajakku seraya berdiri menaiki sepeda.
“Oke,ayo kita makannn” Jawab Melody riang dgn wajah polos nya.
                Kami pun sampai di tempat makan di pinggir jalan kota Paris Van Java. Dengan semangat 48 Melody menarik tangan ku untuk masuk ke salah satu warung di pinggir jalan tersebut.
“Bakso nya 2 yang satu pedes satu nya manis ya mas” Ucap Melody ke pedagang warung tersebut.
“Hehhh,kok aku pedes kamu manis sih ? Nanti aku kepedesan gimana ?” Ucap ku ke Melody seraya duduk menunggu makanan kami.
“Biarin, kamu kan orang nya pedes sementara aku kan orang nya manis. Mau gimana lagi coba ?” Jawab Melody sambil tertawa.
“Terserah kamu deh apapun yang buat kamu bahagia” Jawabku seenak nya.
“Yaaahhh ngambek nih ga asik ahh senyum dooongg” Jawab Melody sambil tersenyum dgn manis nya.
Dalam hati ku berkata “Ya Tuhan. Andai ini terakhir kali nya aku melihat cintaku tersenyum seperti ini. Ku mohon ya Tuhan,jangan biarkan wajah nya sedih jika aku harus pergi meninggalkan dia saat ini”.
“Heeeii kok bengong sih,ayo di makan tuh bakso nya nanti dingin ga enak loh” Ucap Melody sambil memakan bakso nya.
“ehhh iya iya,selamat makan cantik” Jawabku sambil memakan bakso ku juga.
                Selesai kami makan kami pun memutuskan untuk pulang. Tapi Melody ngga mau pulang dulu,dia mau aku menemani dia untuk jalan” dulu sebelum pulang.
“Aduh Mel,inikan udah mau magrib. Nanti mama kamu nyariin kamu loh” Protes ku terhadap keinginannya itu.
“Biarin ahh,aku pengen seharian ini kamu ada untukku. Itu aja kok” Jawab Melody tersenyum.
                Aku pun menyanggupi nya. Sesampai nya di jembatan besar aku dan Melody duduk di pinggir jalan sambil menatap matahari yang hendak terbenam.
“Indah banget ya matahari nya,apa lagi ada kamu di samping aku” Ucap Melody dengan berbinar”.
Aku pun hanya senyum menanggapi nya.
“Ehhh aku mau beli minum dulu ya di sana” Ucap Melody sambil menunjuk warung di seberang jalan.
“Iya,hati” nyebrang nya ya” Jawab ku.
Melody pun menyebrang,di tengah jalan dia menyebrang ada mobil ugal”an dgn kecepatan tinggi hendak menabrak Melody. Dengan sigap aku pun berlari ke tengah jalan menyusul Melody dan mendorong nya untuk menyebrang,tapi apa daya takdir sudah berkata lain. Aku justru tertabrak mobil tersebut.
                Orang” di sekitar kejadian langsung berlarian menghampiri ku termasuk Melody,sementara pengendara mobil yg menabrakku tadi melarikan diri.
“Dhani...Dhani bertahanlah aku akan panggil ambulance !” Ucap Melody sambil bangkit hendak menelpon ambulance.
“Gak usah Mel,kamu di sini aja. Temani aku hingga azal menjemput ku.” Pintaku sambil menahan sakit di kepala. Ku lihat di kepalaku luka menganga dgn lebar nya,mungkin karena benturan dgn aspal karena dorongan yg sangat kuat dari mobil yang menabrakku barusan.
“Yaudah,aku disini aja ya. Aku sayang banget sama kamu,aku mohon kamu jgn tinggalin aku”. Jawab Melody sambil menangis dengan deras nya.
Dengan senyum sambil menahan sakit aku pun berbicara “Aku mohon kalau aku sudah meninggal nanti Melody jangan sedih ya,dan bantu keluarga ku agar mereka tak sedih atas kepergian ku nanti. Aku Cinta kamu kok Mel”.
Melody pun tersenyum untukku terakhir kali nya. Aku pun menyuruh Melody “Mel,tolong bimbing aku mengucap syahadat hingga azal menjemput ku Mel” Pinta ku terhadap Melody.
Melody pun menyanggupi nya,dengan keadaan menangis dia pun membimbingku .
Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah” Ucap Melody sambil membelai rambut ku.
Aku pun mengucapkannya dalam hati karena fisik ini tak sanggup lagi rasa nya untuk berbicara selain hanya bisa menatap kekasih ku ini “Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah “. Terimakasih ya Allah engkau sudah memberikan ku satu anugerah terindah mu untuk ku. Melody.
                Perlahan pandangan ku pun menghitam,aku sempat mendengar teriakan dari Melody. Dengan sekuat tenaga aku pun berucap “Melody Jangan Sedih”.


Fanfiction JKT48 : Bidadari Tak Bersayap

Bidadari Tak Bersayap
Inspired by @achanJKT48 / Ayana Shahab




            3 minggu berlalu setelah libur kenaikan kelas, dan akhirnya aku pun duduk di bangku kelas XI IPA3, sekarang aku pun mendapatkan kelas baru, akan tetapi aku belum mendapatkan teman semeja, setelah kepindahan teman semejaku yg bernama Nabilah aku jadi duduk sendirian. Karena bosan di kelas terus aku pun keluar kelas dan duduk di bangku tepat di depan kelasku, aku pun mulai melihat-lihat di skeliling sekolah terlihat seorang cewek berwajah lugu dengan rambut kucir sebelah kanan menggendong tas bergambar stitch berjalan di dekat kantor guru.

                                                            ***

Singkat cerita bel pun berbunyi “Teng teng teng”. Tanda kelas sudah mulai, aku pun masuk ke dalam kelas, seorang guru pun menyusul masuk ke kelasku dan menyapa para murid. “Selamat pagi anak-anak”, “Pagi Bu…” kata para murid dengan serantak, tak berapa lama kemudian, seorang cewek berwajah lugu dengan menggendong tas bergambar Stitch itu pun masuk ke kelasku. “Wah apa dia murid baru ya?” pikirku. “Sini2” kata guru sambil memanggilnya untuk mendekat, cewek itu pun berjalan menuju meja guru tersebut. “Sekarang perkenalkan namamu.”
“A… Ng.. Hai Semua, perkenalkan namaku Ayana Shahab Atau biasa sering dipanggil Ayana, Aku anak pindahan dari kota Bandung.” “Ooh, Jadi namanya Ayana” Gumamku.
“Ayana, ayo silahkan duduk, hhm… kamu bisa duduk disini.” Kata guru sambil menunjuk kea rah mejaku.
“A… Iya Bu” kata Ayana sedikit gugup. Kebetulan pula meja yg kosong dikelas hanya ada di sampingku,jadi aku bias kenal lebih dekat lagi sama dia nih, hehe.
Ayana pun duduk, dan guru memulai pelajaran. Selama perlajaran aku dan Ayana belum sempat berbicara, entah karena dia serius belajar, entah karena akunya yg malu untuk menyapanya duluan. Tak terasa bel istirahat pun berpunyi, semua siswa pun keluar dari kelas dan hanya tinggal aku dan Ayana yg ada di dalam. Pada saat inilah aku memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Dengan malu2 aku pun menyapanya.
“Hmm… Hai” Kataku sambil menyodorkan tangan untuk berkenalan. “Ooh, Iya Hai” kata Ayana sedikit kaget. “N… Namaku Rahmad Fahreza Kamu bias panggil aku Reza”kataku dengan gugup. “Iya aku Ayana” kata Ayana sambil tersenyum kpdku.
“Hm… Kamu gak ke kantin Ay? Bolehkan aku panggil kata dgn sbtan Ay?”
“Oh. Iya gapapa kok, nggak aku bawa bekal nih dari rumah”kata Ayana sambil memperlihatkan bekalnya yg berisi 2 potong sandwidch.
Tak berapa lama bel masuk pun berbunyi. “Cepat sekali masuknya” Pikirku. Guru pun masuk dan menerangkan pelajaran.

                                                                        ***

Singkat cerita bel pulang pun berbunyi aku pun segera keluar kelas dan pulang kerumah. Akan tetapi aku melihat Ayana yg sedikit bingung di depan gerbang sekolah. Aku malu untuk menemuinya, tapi entah kekuatan apa yg mendorongku untuk melangkah ke arahnya. “ Umm, Ayana lagi ngapai kamu sendirian disini?”
“Iya, itu aku mau pulang, tapi aku gatau jalan”
“Loh kok ga minta di jemput?”
“Umm.. Itu hp aku ketinggalan tadi di rumah”
“Oh. Iya diakan baru pindah kesini, dan gatau jalan pulang” kataku dalam hati.
“Ini pake hpku aja buat nelpon orang tua kamu”sambil memberikan hpku kepadanya
“Bolehkah? Makasih”Sambil tersenyum ke arahku.
Badanku bergetar kencang seolah aku tak percaya bias mendapat senyuman dari gadis manis seperti Ayana. “Ini terima kasih ya Reza”.
“Eeh, iya sama-sama” aku pun balik tersenyum padanya.
            Sambil menunggu Ayana dijemput oleh jemputannya aku pun berbincang2 dengannya sampai sebuah Avanza putih pun berhenti menghampiri kami berdua. “itu jemputanku, makasih ya za, udah mau nemenin aku, bye sampai ketemu besok” Ayana pun berjalan ke arah mobil itu sambil tersenyum kpdku. Mobil ayana pun berlalu, aku pun pulang kerumah, kebetulan rumahku tidak begitu jauh dari sekolah hanya sekitar 200m saja. Setelah samapi dirumah aku pun duduk sambil membayangkan kejadian tadi di depan gerbang sekolah bersama Ayana. Dan baru keinget kalo aku lupa minta nomernya. “Aduh aku lupa lagi minta nomer hpnya. Bego amat sih aku kapan lagi kejadian seperti ini terulang coba, aahh…” kkarena aku terlalu grogi sampai2 aku lupa meminta nomer hpnya. Hingga lagu Hitomi ni Jyuunin pun menyadarkanku. “siapa sih ini ganggu orang lagi santai aja”
“Halo?”
“Iya halo ini Reza ya?” terdengar suara yg sangat lembut, ga slah lagi ini pasti Ayana.
“Iya, ini Reza, ini siapa ya?”
“Ini Ayana, umm, itu aku mau Tanya roster pelajaran besok apa ya? Aku lupa nyatatnya tadi”
“Oh itu, Matematika,IPA,IPS,Sama B. inggris”
“Umm, makasih yaa”
“Oke sama2, eeh ngomong ini nomer kamu ya?”
“Iya ini nomer aku, kenapa ya?”
“Oh, ngga gapapa”
“Oke deh kalo gitu skali lagi makasih ya”
“Okeh siip”
Beeeeeeeeep, panggilan berakhir. “Yeess ternyata aku gaperlu minta nomernya, eh malah dia yg nelpon aku dluan”
Keesokan harinya…
“Reza bangun dong bangun…”
“kakak udah terlambat nih,cepat mandi sana nnti kakak tinggal kamu”kata kakakku sambil mengetuk keras pintu kamarku.
“Iya2 kakakku yg cerewet, udah kesiangan aduh. Sialan”Gumamku
“Kita pergi mah”
“Iya hati2 ya”
            Sampai di sekolah bel pun berbunyi.. “Teeeeeet” tanda kelas sudah masuk, akan tetapi aku pun belum melihat Ayana. Guru pun masuk dan mulai menerangkan pelajaran namun apa yg di terangkan guru aku abaikan begitu saja karena aku terlalu khawatir karena Ayana belum kunjung dating, setelah aak lama guru menerangkan pelajaran, terdengar suara ketukan pintu, dan tak lama membuka pintu, “permisi pak saya terlambat”
“kenapa kamu terlambat?” Tanya pak Hamid
“itu pak, saya kesiangan bangunnya”
“yasudah, duduk sana, tapi ingat besok jangan terlambat lagi”
“iya pak” kata Ayana sambil menundukkan kepala dan bejalan ke mejanya.
Setelah ayana duduk di bangkunya, aku pun mengajaknya berbicara. “Ayana, kenapa kamu terlambat tadi?” tanyaku sok akrab
“Umm, itu tadi aku kesiangan bangunnya”
“emangnya gadak yg bangunnin ya?”
“ada alarm, tapi karena aku masih ngantuk jadi aku matiin deh alarmnya”
“habis alarmnya di matiin, kamu pun tidur lagi yakan? Hehe”
“Eh, iya kok kamu tau sih za?”
“ya gitudeh”.
            Karena terlalu asik mengobrol di kelas pak Hamid pun menghukum kami berdua, dan dia menyuruh kami berdiri tepat di depan kelas selama mata pelajaran yg ia ajar dikelasku. Setelah sekitar 10 menit berdiri aku pun mulai merasa haus.
“Ay, tunggu sebentar ya?”
“Eh kamu mau kemana” kata Ayana sedikit heran.
Setelah melihat situasi yg sudah cukup aman, aku pun pergi ke kantin dan membeli minuman. “Umm, ni Ay minumannya” sambil memberikan sebotol minuman isotonic
“Seger ga?” kataku sambil meliriknya.
“Eh, iya, seger nih”.
Dan tak sengaja Toni teman kelas sebelah pun lewat. “Cieeeh, yg minum berduaan itu yah, asiik banget, haha” ejek Toni.
“Apaan sih lu Ton, Ganggu aja lah”
Seketika wajah Ayana pun memeran dan terlihat malu. Setelah kejadian itu hari demi hari aku pun semakin akrab dengannya.
            Tak terasa sudah hamper 1 tahun aku mengenalnya, dan pada saat inilah aku mulai beranu mengajak Ayana jalan, Pada malam itu aku mengajak Ayana berjalan2 di sebuah taman yg ga terlalu jauh dari ruman Ayana, dan kebetulan pula hari itu adalah hari ulang tahunnya yg ke 17 yg jatuh pada tanggal 3 JUNI.
“Umm maaf ya Ay, aku Cuma bias ngajakin kamu jalan kesini” Ucapku
“Iya gapapa kok”
“Hmmm, mending kita cari tempat duduk yuk” bujukku dengan reflex memegang tangan Ayana. “Nah disini adem nih, tunggu sebentar ya, ada yg mau aku kasih nih kekamu”
“Apaan?” Tanya Ayana heran.
“Nah ini dia” sambil memberikan sebuah boneka Stitch dari dalam tasku. “Happy birthday ya Ayana, semoga makin pinter, makin lucu, dan makin2 ya sayang”. Spontanku berkata begitu.
“Iya makasih ya Za, makasih banget buat bonekanya, init uh boneka tokoh kartun yg paling aku suka loh” katanya sambil mencubit pipiku.
            Di malam itu mungkin malam terbaik bagi kami berdua karena kapan lagi aku bias mengajak gadis lucu dan imut seperti Ayana, jalan2. “Hati2 ya Reza di jalan pulangnya”
“Iya iya, Ayana bawel” sambilku mencubit pipinya yg tembem. “Aku pulang dulu ya Ayana dahh”.
“dadaaah” Ayana pun melambaikan tangannya.
            Dimalam yg panjang itu setalah puas menghabiskan malam aku  menghantarkan Ayana pulang kerumahnya.Dan usai itu aku pun pulang untuk segera tidur.
6 hari berikutnya tepatnya pada hari sabtu dan kebetulan itu ada acara perpisahan untuk murid kelas XII di sekolah. Aku pun bergegas pergi ke sekolah karena ini bakalan jadi hari yg special. Karena aku mau kasih sesuatu buat Ayana.Tapi setelah sekian lama menunggu Ayana pun belum datang juga padahal pada saat itu acara sudah dimulai, dan aku pun mulai bertanya kpd Cindy teman sekelasku.
“Cin, liat Ayana ga?” tanyaku khawatir.
“Ga ada liat tuh”
“Ciyus Cin?”
“Iya enelan loh Eza” kata Cindy dengan centilnya.
“Ah, daripada khawatir begini, mending aku susul aja Ayana kerumahnya” kataku dalam hati sambil meninggalkan acara tersebut.
            Aku pun bergegas menstater motor yg kubawa dan aku pun pergi kerumah Ayana, dengan perasaan yg begitu khawatir aku pun memencet bel rumah Ayana, dan tak lama kemudian Ayana pun keluar da ri rumahnya.
“Ayana kamu kok ga dating kesekolah?”
“A… itu, sebenarnya aku” Ayana sedikit gugup dan tiba2 Ayana pun memelukku dan mengatakan.
“Za, maaf ya aku ga beritahu ke kamu dulu kalo aku mau pindah ke Jepang, jadi maaf aku gabisa istirahat bareng kamu, jalan bareng kamu, pokoknya semua hal  yg udah kita lewatin bersama selama aku kenal sama kamu, jadi maaf banget ya Za” air mata pun perlahan mulai membasahi pipi Ayana.
“Ay, gausah sedih” aku pun menyeka air mata Ayana dan memegang kedua tangannya. “Disana nanti kamu bakalan bahagia kok gausah sedihlah, mungkin dilain waktu kita bisa ketemu lagi, jalan bareng lagi kayak kemaren, dan jangan pernah merasa sepi karena hatikukan selalu menemanimu, karena kamu adalah Bidadariku yg Tak Bersayap. Hmm, ini Cuma ini yg bisa aku kasih ke kamu buat kenang2an” aku pun memasangkan kalung yg berbentuk hati yg di dalamnya berisi foto kami berdua.
“Ayana ayo cepat masukkan barang2nya ke mobil udah mau berangkat nih” terdengar suara yg lantang dari dalam mobil, dan ternyata itu suara Papanya Ayana.
“Terima kasih Za udah mau jadi sahabat terbaik ku selama aku disini, Aku Sayang Kamu” kata Ayana sambil mencium pipiku dan berlari kearah mobilnya.
Kenangan ini sulit untuk dilupakan, karena kamu telah membuat hariku penuh warna.

Kau BIDADARIku yang TAK BERSAYAP

Fanfict by :: @Maxim_1703

Jika ada kesamaan cerita, alur, latar belakang, maupun tokoh. Mohon maaf. :)


Fanfiction JKT48 : Sepeda Untuk Shania


Sepeda Untuk Shania

          Aku berjalan menuju sekolahku. Pagi itu masih segar udaranya. Beberapa teman melewatiku
dengan sepedanya. Aku percepat langkahku. Setelah melewati sebuah supermarket berlabel
Tujuh11, aku bertemu dengan seorang wanita memakai seragam yang sama dengan sekolahku.
Rambutnya panjang, wajahnya manis
“Shania.” Sapaku pada wanita itu.
“Hei…” Balas Shania.
“Shan, udah ngerjain PR matematika?” Tanyaku.
“Baru selesai 13 nomer, abisnya susah.”
“Iya sih, MATEMATIKA, Makin Tekun Makin Tidak Karuan ya, Shan.”
“Hahaha lucu banget sih kamu.” Ucap Shania.
“Emanganya Badut, lucu.” Balasku.
          Aku dan Shania berjalan bersama. Kini aku dan Shania memasuki gerbang sekolah. Aku
menghampiri teman-temanku dikantin dan Shania menghampiri temannya di lorong sekolah. Bel
sekolah berbunyi. Aku segera kekelasku yang dilantai dua.
          Mentari sinari ruang kelas, hawa tepat tuk terbuai lamunan. Melihat Shania yang duduk di
depanku, membuat rasa ingin memanggil namanya. Ibu guru menyebut absen murid kelas.
“Shania Junianatha?” Panggil ibu Guru. Aku dan Shania mengangkat tangan bersamaan.
“Aa.. A, a, azzeeekkk. Yang dipanggil satu, yang nyaut, duaaaa.” Ledek Ochi.
“Sudah, sudah.” Bu Guru menenangkan.
“Eh, Shan, maaf yah.” Ucapku.
“Iyaa, gapapa kok.” Balas Shania sambil tersenyum.
           Pelajaran dimulai, Shania masih sesekali menoleh kebelakang dan senyum padaku. Dan Ochi
pun juga meledek.
           Bel istirahan berbunyi. Aku keluar dari mejaku, begitu juga Shania. Saat aku berjalan, aku
sempat menabrak ia yang didepanku. Ia membalikkan badannya dan tersenyum. Ah, kenapa harus
tersenyum padaku? Membuat aku ingin mimisan saja melihat senyumnya yang manis.
           Kantin siang itu cukup ramai. Aku duduk bersama teman-temanku didekat tembok. Shania
duduk dengan Ochi di tengah. Dari tempat dudukku, masih bisa terdengar suara Ochi dan Shania.
“Ochi makan Mie, Shania makan ayam, jadi Mie-Ayam.” Ucap Ochi.
“Terus, Chi?” Tanya Shania
“Jadi kita samaan. Toss!” Ochi menepuk tangan Shania.
“Dasar singit, Ochi.. Ochi..” Ucap Shania.
“Emang layangan koang, singit.” Balas Ochi.
        Saat Shania sedang mengambil kecap, Ochi mencolek Shania.
“Shan, mau liat orang gila gak?” Tanya Ochi.
“Siapa?”
“Tuh.” Ochi menunjuk kearahku.
        Shania melambaikan tangan ke arahku. Senang bukan main pastinya diriku. Shania
melanjutkan senyumnya, ia kemudian menunjuk tangannya ke arah gelasku. Ah, pantas saja Ochi
bilang aku orang gila, ternyata aku memasukkan saos ke gelas es jerukku. Shania dan Ochi masih
mentertawaiku.
        Setelah jam pelajaran terakhir, aku dan murid-murid sekolah berkerumunan keluar sekolah.
Saat aku sedang berjalan, dari belakang, temanku menepuk pundakku.
“Sepedanya udah ada tuh.” Ucap temanku.
“Mana?” Tanyaku.
“Dibelakang sekolah, kok tumben sih pengen naik sepeda?”
“Gapapa, biar ada kenangannya aja.”
         Aku dan temanku ke halaman sekolah untuk mengambil sepedanya. Aku cek rantai dan rem
sepeda itu. Setelah kuperiksa aman, aku bawa sepeda itu.
         Ku kayuh sepeda itu. Rasanya cukup nyaman. Di ujung jalan kulihat ada Shania.
“Shan..” Panggilku.
“Eh, itu sepeda siapa?”
“Bareng yuk, mau gak?”
“Hem , tapi…”
“Tapi kan Shania kalo jalan kaki capek, yuk.” Ajakku.
         Shania duduk dibelakang dengan posisi miring. Ia memangku tasnya. Aku terus mengayuh
sepedaku.
Sampai sudah dirumah Shania.
“Makasih yah.” Ucap Shania sambil tersenyum.
“Iya sama-sama, eh, Shan.”
“Ya?”
“Kalo besok pagi, bareng lagi kesekolah, terus pulangnya temenin ke toko buku mau gak?
Tanyaku.
“Hem… Mau sih. Besok pagi ketemu dimana?”
“Didepan rumahmu, gimana?”
“Oke, sampai besok yah.”
          Aku hanya membalas senyum manis Shania dan pergi dari rumahnya. Shania masuk ke dalam
pagar dan melambaikan tangannya padaku.
*
          Pagi itu masih terasa sejuk. Aku sudah tiba didepan rumah Shania. Ia sudah berdiri sambil
memakai cardigans berwarna biru. Ia tersenyum dan langsung duduk di bagian belakang sepeda.
Perjalanan sepeda pagi cukup menarik, mulai membahas PR Bahasa Indonesia.
“Shan, udah ngerjain PR bikin cerpen?” Tanyaku.
“Udah dong, judulnya Sepeda Untuk Berdua, kamu?” Tanya Shania.
“Udah, judulnya Hari Pertama.” Jawabku.
“Hihihi.” Shania tertawa lucu.
“Kok ketawa?”
“Iya, kalo cerpen kita berdua digabung, Hari Pertama Sepeda Untuk Berdua, itukan kemarin.”
          Aku merasa sangat senang saat Shania bicara seperti itu. Semua terasa sangat indah, seolah
dunia hanya milik berdua, sampai akhirnya….
“Azzeeekkk… Sepedaan berdua.” Ochi datang dari belakang naik ojek motor.
“Duh, Ochi.” Ucapku pelan.
“Apa lu? Duh aduh, emangnya Ochi kenapa?” Tanya Ochi.
“Kayak yang malem Jumat, masa tiba-tiba nongol.” Jawab Shania.
“Ciee, Ochi naik ojek motor, kalo Shania naik ojek cinta, dadaaahh.” Balas Ochi.
          Ochi dan ojeknya langsung melaju cepat setelah meledek aku dan Shania.
Kini gerbang sekolah telah terlihat, Shania turun dari sepeda dan masuk duluan. Aku menaru
sepdeda dan merantai dan gembok dekat pagar halaman sekolah.
*
           Pulang sekolah ditandai dengan bel. Shania menungguku di depan sekolah. Aku mengeluarkan
sepda dan kami naiki sepeda itu berdua.
           Aku dan Shania menuju toko buku dekat komplek rumah kami.
           Sesampainya, aku langsung menuju rak buku mancanegara, dan mengambil buku berjudul
Australia. Setelah kubaca beberapa halaman, aku kembali menghampiri Shania.
“Beli buku nggak, Shan?” Tanyaku.
“Enggak, liat majalah aja, kamu?”
“Tadi Cuma mau baca buku doang bentar, eh makan yuk.”
“Dimana?”
“Udah ntar pasti suka.”
          Di sebrang toko buku itu ada sebuah cafe kecil. Di cafe itu tertuliskan “Warung Pemadam
Kelaparan”. Aku dan Shania duduk di depan dekat jalanan. Angin sore mulai terasa.
“Mau makan apa, Shan?” Tanyaku
“Hem disini yang spesial apa?”
“Kalo yang spesial disini, tumis kaktus, kucing saus tiram, tapi kalo yang spesial dihatiku ya kamu.”
“Gombal.” Balas Shania sambil tertawa.
“Gombal mah yang dipinggir jalan.” Balasku.
*
           Sore mulai menyapa, aku dan Shania masih bersepeda. Saat bersepeda menuju jalan pulang,
ada sebuah turunan yang curam di depanku.
“Shan, berani gak?” Tanyaku.
“Turunan doang? Berani lah.”
“Tapi gak pake rem.”
“Terus berentinya gimana?”
“Detak jantung kita yang berentiin.”
“Mati iyadeh.”
“Berani gak, Shan?”
“Siapa takut.” Balas Shania sambil memelukku.
            Aku hanya mendorong sedikit sepedaku dan sepeda melaju kencang, kurasa angin
menghembus kemejaku. Pelukan Shania dari belakang makin erat. Aku merasakannya. Kami berdua
berteriak.
            Saat sampai diujung turunan, aku menekan rem. Aku dan Shania masih mengatur nafas karena
sepeda kami terlalu kencang tadi. Shania turun dari belakang sepeda dan berdiri di sebelahku.
“Hah, gila, tegang banget yah.” Ucap Shania.
“Iya, Shan.” Balasku.
“Itu hidungnya kenapa?”
“Ha?” Aku memegang hidungku dan ada cairan berwarna merah.
“Ih, kok mimsan, nih tissue.” Shania memberikan tissue padaku.
“Yah, mimisan deh.” Jawabku sambil mengelap darah dihidung.
“Iya, kok bisa deh?”
“Abisnya, tadi Shania meluknya kenceng banget.”
“Terus?”
“Terus, akunya seneng banget.”
“Ih… Bodoh deh.” Balas Shania sambil mencubiti aku.
Kami berdua jalan bersama sambil menenteng sepeda dan bergandengan tangan sore itu.
*
            Suasana kelas kosong pagi itu cukup ramai. Aku di depan pintu kelas bersama teman-temanku,
Ochi yang sedang duduk sendiri dikursinya, dihampiri Shania.
“Ochi, mau curhat dong.” Minta Shania.
“Azeeekk, pasti curhatin pria ojek cinta itu kan?”
“Apaan sih, eh tapi ya, kemarin tuh seru banget gue sama dia, makan bareng, pulang bareng.”
“Cie Shania jatuh cinta.” Ledek Ochi.
“Ah, mungkin bagi dirinya hanya teman sekelas saja, yang jalan pulangnya searah.” Lanjut Shania.
“Keberadaannya seperti angin ya? Kayak numpang lewat gitu?”
“Iya, Chi. Kadang selalu bercanda, padahal kita selalu saling bicara.” Lanjut Shania.
“Kenapa gak ngomong aja?” Tawar Ochi.
“Ngomong apa?”
“Ngomong ke dia, tentang perasaannya Shania, daripada nyesel.” Tantang Ochi ke Shania.
“Gak tau deh, Chi. Bingung.” Jawab Shania.
*
           Aku menenteng sepedaku, Shania berjalan di sebelahku. Pagar rumah Shania terlihat. Aku
berdiri di depan rumahnya.
“Shan, boleh minta tolong gak?”
“Apa?”
“Sepeda ini besok kamu yang bawa yah kesekolah.”
“Lho, kenapa?”
“Gapapa sih, besok kayaknya aku telat, mau ya?”
“Yaudah deh, mampir gak?” Tawar Shania.
          Ini adalah kali pertama Shania menawari aku untuk mampir kerumahnya. Aku mengiyakan
ajakannya.
          Aku duduk diteras , Shania keluar dari dalam rumah membawakan sirup berwarna merah dan
makanan kecil.
“Shan, enak yah sore-sore disini, hehe.” Ucapku.
“Enak pemandangannya, apa sama aku?” Tanya Shania.
“Hem.. Pemandangan indah, bisa tambah indah tergantung sama siapa nikmatinnya.”
“Emang kenapa sih sama sepedanya?” Tanya Shania.
“Gapapa, pokoknya besok Shania bawa yah ke sekolah.”
            Setelah menghabiskan minum, aku pamit pada Shania untuk pulang. Kebetulan orang tua
Shania sedang tidak dirumah, jadi aku tidak berpamitan pada mereka.
Aku keluar pagar dan masih tersenyum pada Shania.
            Saat Shania sedang melihat sepeda itu, ia menemukan sepucuk surat yang terselip di kursi
belakang, di surat itu tertulis, “baca dikelas yah, Shania.”
*
           Shania mengayuh sepeda itu sendirian menuju sekolah, tanpa diriku. Sesampainya dikelas, ia
membuka surat itu. Dibacanya surat dengan tulisan tanganku.

Shania, maaf aku gak bisa ngomong langsung.
Sepedanya gimana? Enak kan?
Hem… Maaf, mulai semalam aku pindah ke Australia.
Aku minta maaf banget sama kamu, aku gak bisa ngomong langsung, aku benci perpisahan.
Aku harap kamu bisa ngerti, Shan.
Aku nyaman kalo ada di dekat kamu, berdua sama kamu.
Maafkanlah Shania, ampunilah diriku ini yang tidak menyatakan cinta, aku adalah lelaki yang jahat.
Aku gak kemana-mana kok, cuma beda jarak aja sama kamu, sepeda itu tetep ada buat kamu.
Kalo kamu baca surat ini, kamu pasti udah nyobain rasanya naik sepeda itu tanpa aku.
Aku harap kamu betah naik sepeda itu, sampai… two years later, pas aku balik, buat kamu
            Shania meneteskan air mata saat membaca surat itu. Lalu ia menengok ke belakang, tempat
dimana aku biasa duduk di kelas. Ochi yang heran melihat Shania bersedih, langsung segera
menghampiri ke meja Shania.
            Shania tidak berkata sedikitpun saat Ochi menghampirinya, Ochi mengambil surat di tangan
Shania, lalu membacanya. Ochi menengok ke meja belakang, lalu tersenyum.
***
 Sumber 

Edited By : @Velodiest


- Copyright © Wardana Kaneki - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -